Sabtu, 18 Juni 2011

Obat Anti Histamin

Biasanya bagi penderita alergi kenal dengan obat yang satu ini. kalo alerginya kambuh obat inilah yang diberikan sebagai amunisi utama. lalu antihistamin itu apa sih?

Histamin

Sebelum ngomong tentang obatnya, mari kenalan ama histamin itu sendiri.
“Histamin sendiri merupakan senyawa yang terlibat dalam respon imunitas lokal, selain itu senyawa ini juga berperan sebagai neurotransmitter di susunan saraf pusat dan mengatur fungsi fisiologis di lambung”
Sebenarnya histamin sendiri terdapat di hampir semua jaringan tubuh manusia dalam jumlah kecil . Konsentrasi terbesar terdapat di kulit, paru-paru dan mukosa gastrointestinal.
Lalu darimana asal histamin?

Histamin dibentuk oleh histidin dengan bantuan enzim histidine decarboxylase (HDC). Selanjutnya histamin yang terbentuk akan diinaktivasi dan disimpan dalam granul mast cell dan basofil (sel darah putih).

Fungsi Fisiologis histamin

Histamin sendiri secara umum memiliki fungsi fisiologis yaitu:
  1. Sebagai neurotransmitter
  2. Kontrol neuroendokrin
  3. Regulasi kardiovaskuler (terkait kemampuan vasodilatator)
  4. Pengaturan suhu
  5. Berperan pada sekresi asam lambung
  6. Berperan dalam reaksi alergi / anafilaksis

Pelepasan Histamine


Pelepasan histamin sendiri ada 2 macam:
1. Antigen-mediated histamine release
Histamin dilepaskan karena terdapat interaksi antara antibodi dengan antigen. Hal ini mengakitbatkan degranulasi dari mass cell dan basophil.
  • Pertama kali kena (liat di gambar bawah no. 1-3)
Proses ini dimulai dari adanya alergen / antigen yang ditangkap oleh makrofag (salah satu antigen presenting cell / APC).  Lalu timbul sinyal di MHC II (Major Histocompatibility complex) yg terdapat di permukaan APC yang dibawa ke limfosit T terutama T helper. Limfosit akan mengenali dan memerintahkan sel B (limfosit B) untuk menghasilkan IgE. IgE ketemu mast cell dan nempel disana.
  • Lanjut kena lagi (liat di gambar bawah no 4-5)
Kalo terjadi kemasukan alergen lagi (bahasa kerennya: second exposure) antigen tsb g akan lewat jalur kaya td. tp langsung ngiket IgE yang udah nempel di mast cell nah karenanya terjadi pelepasan histamine.

2. Non-antigen-mediated histamine release
Selain dilepaskan karena adanya respon imunologis, histamin juga dapat dilepaskan karena obat, racun, atau senyawa2 lain yg dapat mengganggu bahkan merusak dinding sel dan memancing pelepasan histamin. Atau bisa juga diakibatkan suhu atau rangsangan mekanis lain.
Efek Histamin




Konsentrasi (ng/ml) Biological activities
0 – 1 -
1 – 2 Peningkatan sekresi asam lambung
3 – 5 Tachycardia (peningkatan denyut jantung), reaksi pada kulit
6 – 8 Penurunan tekanan darah
7 – 12 Bronchospasm
>100 Gagal jantung
Reseptor Histamin dan obatnya
Pelepasan histamin selain menyebabkan reaksi alergi juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi (penyempitan saluran pernapasan), peningkatan asam lambung dll. Nah untuk tau pengobatannya, perlu diketahui juga reseptor yg bertanggung jawab.
Mekanisme obat dalam mengobati alergi sebenarnya ada 2: Antagonis histamin dan inhibitor pelepasan histamin
  1. Antagonis histamin bekerja dengan menghambat kerja dari histamin melalui reseptor histamin. Jadi histamin udah terbentuk namun efek farmakologisnya dihambat (dibahas di bawah sesuai reseptornya)
  2. Inhibitor pelepasan histamin bekerja dengan menstabilkan mast cell misalnya cromoglycate sehingga histamin tidak terbentuk. Atau dengan nedocromil yang bekerja dengan menghambat degranulasi dari mast cell.

1. Reseptor H1

Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial
Obat antagonis H1
Obat anti histamin H1 biasanya berkompetisi (bersifat kompetitif) dengan histamin untuk mengikat reseptor, untuk meringankan reaksi alergi seperti rhinitis dan urtikaria.
  • Generasi 1 : cukup baik terabsorbsi setelah pemakaian oral.  Level kadar tertinggi dalam darah biasanya 1-2 jam dengan durasi 4-6 jam. Efek sedatif masih tinggi
contoh: CTM, bromfeniram, prometazin, dimenhidrinat (bisa untuk obat mabuk jg)
  • Generasi 2: cukup baik terabsorbsi setelah pemakaian oral. Level kadar tertinggi dalam darah biasanya 1-3 jam, dengan durasi bervariasi dari 4-24 jam. Efek sedatif minimal
contoh: fexofenadin, loratadin, astemizol, cetirizin
  • Generasi 3: merupakan pengembangan dari generasi 2. Pencarian generasi ketiga ini dimaksudkan untuk memperoleh profil antihistamin yang lebih baik dengan efikasi tinggi serta efek samping lebih minimal.
contoh: desloratadin dan levocetirizin
Semakin tinggi generasinya durasi aksinya makin panjang dengan efek sedatif (ngantuk) semakin minimal
Efek samping obat antagonis H1 selain sedatif (menimbulkan ngantuk) juga atropine-like reactions contohnya mulut kering dan konstipasi.

2. Reseptor H2

Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung

Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.
Obat antagonis H2: cimetidine, ranitidine, famotidine

3. Reseptor H3

Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.
Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat Alzheimer
Obat: Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan

4. Reseptor H4

Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil, neutrofil, mononukleosit). diduga terlibat dalam alergi bersinergi dengan reseptor H1
Masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)
Obat: Thioperamide,  JNJ 7777120

Sabtu, 11 Juni 2011

Kemoterapi Parasit

KEMOTERAPI DAN ANTIMIKROBA LAIN
Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian senyawa kimia (obat) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh hospes (pasien).
Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia.
Penggolongan antimikroba dan kemoterapi
Kemoterapi dan antimikroba lain dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Antimikroba untuk tuberkulosa / obat tb
2. Antimikroba untuk virus/ anti virus
3. Kemoterapi untuk kanker/ obat kanker

Kemoterapi golongan antiamuba
Berdasarkan tempat kerjanya, antiamuba yang dipasarkan di Indonesia adalah antiamuba yang bekerja pada lumen usus dan jaringan yaitu metronidazol dan turunannya.

Kemoterapi golongan antelmintik / obat cacing
Antelmintik atau obat cacing ialah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.
Kebanyak obat cacing diberikan secara oral, pada saat makan atau sesudah makan.
Kemoterapi golongan antimalaria / obat malaria
Secara klinis ada tiga macam penyakit malaria. Malaria tropika yang disebabkan oleh P.falciparum yang cenderung menjadi akut, tetapi bila cepat diobati, hasil pengobatannya memuaskan.
Malaria tersiana yang disebabkan oleh P. vivax, yang cenderung menjadi kronis. Dan malaria kuartana yang disebabkan oleh P.malaria dan terdapat banyak di Afrika.
Kemoterapi golongan antifungal / obat jamur
Secara umum infeksi jamur dibedakan atas infeksi jamur sistemik/dalam tubuh dan infeksi jamur topikal/kulit. Akan tetapi dalam pengobatannya, ada obat jamur bisa digunakan baik sistemik maupun kulit.
Kemoterapi golongan filarisida
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat membunuh mikroba, dikenal sebagai aktivitas bakterisid.
Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes/pasien. Peranan lamanya kontak antara mikroba dengan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk mendapatkan efeknya, khususnya pada tuberkulosa.
Kemoterapi tidak dibatasi dengan penggunaan satu obat. Biasanya kemoterapi berupa kombinasi dari obat yang bekerja bersama khususnya untuk membunuh sel kanker.
Mengkombinasikan obat yang memiliki mekanisme aksi yang berbeda saat di dalam sel dapat meningkatkan pengrusakan dari sel kanker dan mungkin dapat menurunkan resiko perkembangan kanker yang resisten terhadap salah satu jenis obat.
Dokter akan merekomendasikan obat kombinasi yang telah teruji pada manusia dengan kondisi yang sama dan telah memperlihatkan efek terhadap tipe kanker tertentu.
Untuk pemilihan antimikroba dan kemoterapi yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat untuk kemoterapi atau antimikroba lain yang telah diresepkan dokter secara mudah dengan mengetikkan di search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat sesuai kebutuhan anda.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA
Antimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit.
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotic.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat.
Masa perkembangan kemoterapi antimikroba sekarang dimulai pada tahun 1935, dengan penemuan sulfonamida. Pada tahun 1940, diperlihatkan bahwa penisilin, yang ditemukan pada tahun 1929, dapat dibuat menjadi zat kemoterapi yang efektif. Selama 25 tahun berikutnya, penelitian kemoterapi sebagain besar berpusat sekitar zat antimikroba yang berasal dari mikroorganisme, yang dinamakan antibiotika.
Suatu zat antimikroba yang ideal memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tetapi tidak membahayakan inang. Seringkali, toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolut; ini berarti bahwa suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang, dapat merusak parasit. Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
  • Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic)
  • Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme pathogen
  • Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, seperti reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung, dan sebagainya
  • Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora usus atau flora kulit.
Kemoterapeutika dapat melakukan aktivitasnya lewat beberapa mekanisme, terutama dengan penghambatan sintesa materi penting dari bakteri, misalnya:
  • Dinding sel : sintesanya terganggu sehingga dinding menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmotis dari plasma dengan akibat pecah. Contohnya : kelompok penisilin dan sefalosporin.
  • Membran sel : molekul lipoprotein dari mambran plasma (di dalam dinding sel) dikacaukan sintesanya, hingga menjadi lebih permeable. Hasilnya, zat-zat penting dari isi sel dapat merembas keluar. Contohnya : polipeptida dan polyen (nistatin, amfoterisin) dan imidazol (mikonazol, ketokonazol, dan lain-lain).
  • Protein sel : sintesanya terganggu, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida.
  • Asam-asam inti (DNA, RNA) : rifampisin (RNA), asam nalidiksat dan kinolon, IDU, dan asiklovir (DNA).
  • Antagonisme saingan. Obat menyaingi zat-zat yang penting metabolisme kuman hingga pertukaran zatnya terhenti, antara lain sulfonamida, trimetoprim, PAS, dan INH.

Mekanisme kerja anti mikroba

Anti mikroba mempunyai mekanisme kerja utama ada lima cara antara lain sebagai berikut:
1. Pengin-aktifan enzim ttertentu
Pengin-aktifan enzim tertentu adalah mekanisme umum dari senyawa antiseptika dan desinfektansia, seperti turunan aldehida, amida, karbanilida, etilen-oksida, halogen, senyawa-senyawa merkuri dan senyawa ammonium kuarterner.
2. Denaturasi protein
Turunan alcohol, halogen, dan halogenator, senyawa merkuri, per-oksida, turunan fenol dan senyawa ammonium kuarterner bekerja sebbagai antiseptika dan desinfekstan dengan cara denaturasi dan konjugasi protein sel bakteri.
3. Mengubah permebilitas memmbran sitoplasma bakteri.
Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin, turunan fenol dan senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan bocornya konstituen sel yang essensial, sehingga bakteri mengalami kematian.
4. Intekalasi ke dalam DNA
Beberapa zat warna seperti turunan trifenilmetan dan turunan akridin, bekerja sebagai antibakteri dengan mengikat secara kuat asam nukleat, menghambat sintesa DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.
5. Pembentukan khelat
beberapa turunan fenol, seperti heksokloroform dan oksikuinolin dapat membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu, kemudian bentuk khelat tersebut masuk ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam di dalam sel menyebabkan gangguan fungsi enzim-enzim, sehingga mikroorganismenya mengalami kematian.
6. Bersifat sebagai antimetabolit
AM bekerja memblok tahap metabolik spesifik mikroba, seperti pada sulfonamida dan trimetropin. Sulfonamida menghambat pertumbuhan sel dengan menghambat sintesis asam folat oleh bakteri. Sulfonamide secara struktur mirip dengan asam folat, para amino benzoic acid (PABA), dan bekerja secara kompetitif untuk enzim-enzim yang langsung mempersatuakan PABA dan sebagian pteridin menjadi asam dihidropteorat.
Trimetropin secara struktur analog pteridin yang dibagi oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat menjadi tetra-hidrofolat.
7. Penghambatan terhadap sintesa dinding sel.
Antiemetika golongan ini dapat menghambat sintesis atau menghambat aktivitas enzim yang dapat merusak dinding sel mikroorganisme. Yang termasuk kelompok ini antara lain: penisilin, sefa losporin, vankomisin, sikloserin, basitrain. Penisilin yang bekerja sebagai analog struktur D-alanil-D-alanin yang menempati tempat dari enzim transpeptidase yang menimbulkan crosslink antara bagian dinding sel mikroorganisme (bakteri). Penisilin dapat menghambat pembentukan cross-link tsb.
8. Penghambatan fungsi permeabilitas membran sel.
Disini anti mikroba bekerja secara langsung pada membran sel yang mempengaruhi permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme (bakteri). Dalam ini antimikroba dapat: (1) berinteraksi dengan sterol membran sitoplasma pada sel jamur seperti Amfoterisin B dan Nistatin, (2) merusak membran sel bakteri gram negativ, misalnya polimiksin, dan kolistin.